TENTANG AKU

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Pernah menjadi guru berprestasi tingkat nasional tahun 2003, sekarang masih mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Untuk menambah tantangan dan membuka wawasan, saya juga menjadi guru di Unswagati Cirebon, Akbid Muhammadiyah Cirebon, serta Aktif mengurusi MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat.

Sabtu, 07 Mei 2011

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia

1. Pengembangan materi ajar bahasa harus mempertimbangkan SK, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran .

Pengesahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diawali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulasan.
Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Lingkup materi minimal dalam hal ini dibuktikan dengan hanya munculnya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) saja dalam SI.
Standar Isi yang berisi SK dan KD ini merupkan bekal guru untuk membuat perencanaan pembelajaran. Langkah pengembangan SK dan KD berikut dari seorang guru adalah mengembangkan SK dan KD ke dalam silabus. Silabus yang dibuat oleh guru harus menunjukan rencana pengajaran yang paripurna. Silabus dapat menggambarkan arah pembelajaran yang akan dilakukan guru di dalam kelas.
Melalui silabus kita akan mendapatkan bentuk dan isi pembelajaran. Sebab silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus akan menggambarkan secara utuh pembelajaran, begitu juga materi ajar. Pengembangan materi ajar dengan sendirinya akan diarahkan oleh silabus yang dibuat oleh guru. Pengembangan materi ajar akan berpatokan kepada SK, KD, dan indicator sebagai arah pencapaian pemebelajaran.
Indicator sangat penting dalam pengembangan materi ajar. Sebab indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut :
1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry.
3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.
Dari keempat fungsi indikator tersebut ada dua fungsi yang berhubungan dengan pengembanga materi ajar yaitu nomor 1 dan 3.
Setelah ada indikator dalam silabus, pengembangan materi ajar juga harus mempertimbangan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dikembangkan oleh guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran merupakan hasil yang akan diraih melalui pembelajaran.Dengan demikian, materi ajar harus mampu menjadi alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi jelas pengembangan materi ajar harus mempertimbangkan, bahkan berpedoman kepada SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional





2. Kelemahan dan kelebihan pengembangan materi ajar dalam bentuk linear dan main map.
Pengembangan penyajian materi pembelajaran sangat penting. Tanpa urutan yang tepat, akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, terutama untuk materi yang berkelanjutan. Misalnya materi kata, frase, dan klausa. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari klausa, jika belum mempelajari frasa. Siswa akan mengalami kesulitan menghitung frasa dalam kalimat jika belum tahu kata dan fungsinya.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat dikembangkan melalui bentuk linear dan main map. Kedua bentuk ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dan kelemahan kedua bentuk itu dapat dilihat dalam table berikut.
LINEAR
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Rinci
2. Lengkap
3. Berurutan 1. Membosankan
2. Membingungkan dalam penomoran
3. Hubungan antaraspek tidak akan tergambar
4. Aspek yang sekelas/setara akan sulit ditemukan
5. Sulit membedakan unsure inti dan bukan inti

MAIN MAP
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Konsep akan mudah dibaca
2. Hubungan antaraspek mudah terlihat
3. Dapat langsung menunjukkan unsure inti dan bukan inti
4. Aspek yang setara akan tampak jelas 1. Membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam memahami konsep
2. Rumit dalam penyusunannya
3. Harus jelas hubungan antar aspek

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


3. Prinsip kecukupan (adequacy) dalam pengembangan materi ajar bahasa dari sisi peserta didik dan konten/isi.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Dari sudut siswa, materi ajar harus seuai dengan siswa yang akan belajar. Siswa harus dilihat usianya, lingkungannya, budayanya, sosialnya, psikologinya, dan latar belakangnya. Siswa SD, SMP, dan SMA akan mendapatkan materi yang berbeda. Sehingga siswa mendapatkan materi yang pas/cukup sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengembangan materi ajar adalah keluasan dan kedalaman materi. Keluasan materi adalah menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi adalah seberapa detail konsep-konsep yang harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
Sebagai contoh, materi menulis karangan di SD, SMP, dan SMA diajarkan. Namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari.
Sesuai hal di atas pengembangan materi ajar harus cukup memadai baik dari segi kebutuhan siswa maupun cukup kedalaman dan luasnya. Hal ini dilakukan agar pencapaian tujuan pembelajaran lebih tepat dan cepat.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

4. Pengembangan materi ajar Bahasa Indonesia Standar Kompetensi Menulis.
Tema : BUDI PEKERTI
SK : Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek
KD : Menuliskan Kembali dengan Bahasa Sendiri Cerita Pendek yang Pernah Dibaca
Menuliskan kembali segala sesuatu yang pernah kamu baca merupakan salah satu perwujudan keterampilan menulis. Keterampilan itu dapat kamu kembangkan dengan banyak membaca, baik membaca teks narasi, persuasi, argumentasi, atau bahkan cerpen. Dengan demikian, kamu pun dapat berlatih menulis dengan cara menuliskan kembali segala sesuatu yang pernah kamu baca.
Pada pembelajaran kali ini kamu akan menuliskan kembali dengan bahasa sendiri cerpen yang pernah kamu baca. Aktivitas yang harus kamu lakukan adalah (1) mengidentifikasi alur, tokoh, dan latar cerpen, (2) mengidentifikasi ide pokok cerpen, (3) membuat kerangka cerita berdasarkan cerpen yang dibaca, (4) mengembangkan kerangka cerita menjadi cerita yang utuh, serta (5) menilai dan menyunting hasil penulisan kembali cerpen.
A. Mengidentifikasi Tokoh, Alur, Latar, dan Tema Cerita
Agar dapat menuliskan kembali dengan bahasa sendiri cerpen yang dibaca, kamu harus memahami dulu cerpen yang akan kamu tuliskan kembali. Hal itu berarti kamu harus mengidentifikasi tokoh, alur, latar, dan tema cerita tersebut.
Untuk itu, bacalah cerpen “Penipu yang Keempat” berikut dengan saksama! Identifikasilah tokoh, alur, latar, dan tema cerpen tersebut!
Agar kegiatan ini berjalan efektif, kerjakan sesuai dengan petunjuk berikut!
a. Bentuklah kelompok diskusi yang anggotanya berjumlah antara 5—6 orang!
b. Tiap anggota kelompok membaca cerpen yang berjudul “Penipu yang Keempat”.
c. Secara kelompok jawablah pertanyaan berikut!
1) Siapakah tokoh-tokoh cerita tersebut?
2) Bagaimanakah gambaran watak tokoh?
3) Bagaimana alur ceritanya?
4) Di mana dan kapan peristiwa itu terjadi?
5) Apa tema ceritanya?
d. Tiap kelompok harus menuliskan jawabannya dalam buku tugas!
e. Laporkan hasil kelompok untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain!

PENIPU YANG KEEMPAT

Dia adalah penipu ketiga yang datang kepadaku hari ini. Dengan menampilkan kesan orang lapar dan lelah, dia, seorang lelaki yang baru kukenal, minta uang kepadaku. Katanya, ia harus segera pulang ke Cikokol karena anaknya sedang sakit di sana. Tetapi katanya, ia tidak bisa berangkat kecuali aku mau bermurah hati memberinya ongkos perjalanan.
Tak peduli adakah desa yang bernama Cikokol, tak peduli apakah benar anak lelaki itu sedang sakit di sana, bahkan tak peduli apakah aku akan menjadi orang berhati murah, permintaan ongkos jalan itu kukabulkan. Seribu rupiah segera berpindah dari tanganku ke tangan l;aki-laki itu.
Sebagai imbalan, aku menerima sekian banyak pujian dan doa-doa keberkahan. Setelah membungkuk dalam-dalam, laki-laki itu keluar halaman dan pergi ke arah terminal.
Tadi pagi, seorang perempuan mengetuk pintu rumahku. Ia memperlihatkan kesan seorang perempuan saleh dan datang kepadaku minta sumbangan. Katanya, ia diutus oleh sebuah yayasan pemelihara anak-anak yatim piatu di Banyuwangi. Ia tunjukkan surat-surat berstempel sebagai bukti jati dirinya. Dan akhirnya ia berkata bahwa yayasan yang mengutusnya sangat memerlukan bantuan dana. Tanpa bantuan semacam itu katanya, anak-anak yatim piatu di sana akan bertambah sengsara.
Tak peduli benar-tidaknya cerita perempuan itu, tak peduli palsu-tidaknya surat-surat yang dibawanya, permintaannya akan dana kupenuhi. Seribu rupiah kuserahkan kepadanya dan aku pun mendapat penghargaan berupa kata-kata pujian dan doa.
Kulihat mata perempuan itu berseri-seri. Mungkin ia merasa senang karena disangkanya aku tak tahu betapa mudah membuat stempel palsu dan betapa jauh kota Banyuwangi dari rumahku. Atau ia mengira aku seorang yang menjalankan perintah agama dengan baik karena tidak berburuk sangka kepada orang yang baru kukenal.

@

Tak lama sesudah perempuan itu pergi, datanglah tamu lain. Kali ini seorang lelaki yang memberi kesan amat lugu. Dia membawa bungkusan agak panjang berisi lap bulu ayam serta empat pisau dapur. Kata lelaki itu, barang-barang yang dibawanya adalah buatan anak-anak penyandang cacat di kota Solo. Dia menawarkan barang-barang itu kepadaku dengan harga, kukira tiga kali lipat harga sewajarnya.
“Yah, Pak. Apalah arti harga yang saya tawarkan bila mengingat nasib anak-anak cacat itu.”
“Sampean betul. Kalau dihitung harga keseluruhan barang yang sampean bawa hanya dua belas ribu. Uang sebanyak itu bukan hanya sedikit bagiku dan bagi para anak cacat itu, melainkan juga akan menyulitkan sampean. Tidak mudah sampean menjaga uang itu tetap utuh sampai ke Solo yang jaraknya 300 kilometer dari sini.”
“Memang tidak akan utuh sampai ke Solo, sebab saya berhak menggunakannya sebanyak 25 persen untuk transpor dan uang makan.”
“Demikian pun sampean masih sulit. Biaya pulang-pergi dari sini ke Solo dengan kendaraan apa saja minimal sembilan ribu rupiah. Bila sampean harus makan tiga kali saja, sampean harus mengeluarkan lagi uang minimal seribu lima ratus. Sungguh, sampean tetap dalam kesulitan karena sampean tak mungkin memberikan uang hanya seribu lima ratus kepada anak-anak cacat itu.”
Kulihat laki-laki itu bingung. Tangannya bergerak tak menentu. Mungkin dia ingin berkata sesuatu, tapi lama kutunggu tak sepatah kata pun terucap.
“Apabila sampean bingung, aku akan membantu mengatasinya. Aku akan bayar dua belas ribu untuk semua barang yang sampean bawa ini. Kemudian pergilah ke pasar dan sampean mendapat barang-barang sejenis dan sejumlah ini hanya dengan empat ribu rupiah. Sampean masih punya untung delapan ribu dan modal sampean tak sedikit pun berkurang. Gampang sekali, bukan ?”
Laki-laki itu membeku dan kelihatan tersiksa. Padahal aku tak bermaksud menyakitinya.
“Sampean bisa terus berjualan pisau dapur dan lap bulu ayam atas nama anak-anak cacat di Solo itu selama sampean suka. Apabila dalam perantauan ini sampean bisa melakukan sepuluh kali saja transaksi seperti ini, keuntungan sampean mencapai delapan puluh ribu. Dengan membawa uang sebanyak itu, sampean bisa pulang ke Solo untuk menggembirakan anak-anak cacat itu.”
Tak peduli akan tamuku yang semakin bingung itu, kukeluarkan uang dua belas ribu rupiah. Mula-mula tamuku kelihatan ragu, namun kemudian diterimanya juga uang itu. Empat pisau dapur dan dua lap bulu ayam menjadi milikku.
Selesai memasukkan uangnya ke dalam saku, tamuku pamit. Kukira dia sangat canggung dan serba salah tingkah. Kata-katanya pun terbata. Namun, aku melepasnya dengan kelayakan karena aku tak punya beban pikiran. Sebaliknya aku percaya, laki-laki itu masih bingung memikirkan sikapku padanya.
Mungkin laki-laki itu menertawakan diriku karena aku mengajarinya cara menipu yang sudah lama menjadi modus-operandi-nya. Tanpa kuajari pun dia akan melakukan apa yang kukatakan padanya.
Tetapi mungin dia percaya bahwa sikapku tulus karena pada galibnya dua belas ribu tidak akan mudah keluar dari orang yang tidak memiliki penghayatan tinggi terhadap maksud baik orang lain.
Kemungkinan ketiga, laki-laki itu menganggap aku demikian naïf karena aku tidak memperlihatkan sikap curiga kepadanya. Oh, andaikan laki-laki itu tahu bahwa tak satupun perkiraannya benar-benar tepat.
Dan mengapa orang tidak suka mencoba menikmati keindahan seni penipuan. Perempuan yang mengaku utusan yayasan yatim piatu di Banyuwangi itu. Kalau bukan orang yang benar-benar berbakat dia takkan berhasil acting sebagai tokoh yang dilakonkannya. Kalau bukan orang yang benar-benat teguh, dia tidak akan berani untung-untungan minta dana kepadaku. Sebab, besar kemungkinannya aku akan mengambil sikap lugas dengan membuka kedoknya. Jadi, perempuan itu telah menjadikan bakat, keteguhan dan keberanian menghadapi kemungkinan dipermalukan. Ketiganya diartikulasikan dengan baik sehingga menjadi sajian artistik yang bisa kunikmati.

@

Hari ini ketika waktu lohor belum lagi tiba, aku sudah berhadapan dengan tiga penipu. Mereka aktor-aktor yang baik dan aku menyukai mereka. Ingin rasanya aku lebih lama berhadap-hadapan dengan mereka.
Sayang, perempuan yang mengaku dari Banyuwangi itu kira-kira sudah empat jam berlalu. Lelaki yang mengaku menjualkan barang buatan penyandang cacat dari Solo juga berangkat tak lama kemudian. Tetapi lelaki dari Cikokol itu? Dia belum lama berlalu dan yakin dapat menemukannya kembali di kota kecamatan ini.
Aku mengganti kaos oblong yang kupakai dengan baju lengan panjang, kain sarung dengan pantalon. Topi pun kusambar dari cantelannya. Kemudian aku bersicepat, bukan ke arah terminal melainkan ke arah pasar.
Lelaki dari Cikokol saya jamin ada di sekitar pasar, bukan di terminal. Lihatlah, dia sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Melihat gerak-gerik dan gayanya berbicara, kuyakin ia sedang mengulangi tipuannya. Tapi kulihat calon korbannya menghindar.
Seperti ular kehilangan mangsa yang sudah dililitnya, laki-laki dari Cikokol itu termangu sendiri. Namun, matanya yang licik dan awas mengalihkan pandang kepadaku. Oh, ternyata orang memang mudah tertipu.
Lihatlah, lelaki Cikokol itu pangling hanya karena aku berganti pakaian. Dia mendekatiku dan aku siap menikmati tipuannya yang kedua. Dari jarak beberapa langkah, kulihat dia menunduk dan mimik wajahnya mendadak berubah. Bukan main, dia kelihatan seperti orang amat bingung.
“Pak, maaf saya mengganggu. Saya baru kena musibah ; uang saya dicopet orang. Padahal saya harus membeli obat untuk istri saya yang baru mel….”

@

Mendadak lelaki Cikokol itu menghentikan kata-katanya. Kedua matanya terbuka lebar dan wajahnya tegang. Dan kegugupannya gagal disembunyikan ketika lelaki Cikokol itu mengenali kembali diriku. Tetapi dia seniman pantomim yang baik. Kunikmati dengan saksama ketegangan wajahnya yang perlahan-lahan mencair. Kini kesan malu terlihat di sana. Hanya sepintas, sebab lelaki Cikokol itu akhirnya malah tersenyum. Aku pun membalasnya dengan senyum pula.
“Eh, Bapak, saya kira siapa,” katanya sambil nyengir. Aku pun ikut nyengir. Dan dia tersipu-sipu dan kelihatan salah tingkah, padahal aku tetap ramah padanya.
“Maaf Pak, saya telah menipu Bapak dan mencoba akan mengulanginya,” katanya agak gemetar.
“Tenang. Tenanglah orang Cikokol ; sejak semula aku sadar dan mengerti sampean menipuku.”
“Bapak meminta uang Bapak kembali ?”
“Hus ! Yang kuminta adalah kelanjutan cerita tentang uang yang dicopet orang dan tentang istri sampean yang baru melahirkan.”
Ah, Bapak bisa saja. Bapak tentu tahu itu cerita akal-akalan?”
“Ya, hanya orang tolol yang akan percaya cerita seperti itu. Tetapi aku ingin mendengarkannya dan aku tidak main-main.”
“Ah, Bapak. Daripada mendengarkan cerita yang bukan-bukan, lebih baik Bapak kuberi tahu alasan mengapa aku terpaksa jadi penipu.”
“Usul sampean baik juga. Tetapi bolehkah saya minta jaminan bahwa cerita sampean nanti bukan omong kosong?”
“Demi Tuhan, saya akan bercerita sebenar-benarnya.”
Diawali dengan sumpah, wong Cikokol itu memulai cerita yang sangat terasa sebagai pembelaan dirinya. Dan sumpah itu membuat apa yang katakannya menjadi sebuah penipuan yang bermutu tinggi.
Agar aku bisa lebih lama menikmati sajian istimewa itu, aku harus bisa mengendalikan perasaan sebaik mungkin. Dan aku berhasil. Sampai lelaki Cikokol selesai mengemukakan segala dalih, mengapa dia terpaksa jadi penipu, aku tetap bersikap sungguh-sungguh mendengarkannya, bahkan menikmatinya. Lelaki Cikokol itu pun kelihatan demikian yakin bahwa dirinya berhasil menipuku menjadi penipu yang paling unggul.
Namun, apa jadinya bila orang Cikokol itu tahu bahwa ada penipu lain yang jauh lebih pandai, yakni dia yang hari ini memberi uang empat belas ribu kepada tiga penipu teri. Dengan empat belas ribu itu dia berharap Tuhan bisa tertipu lalu memberkahinya uang, tak peduli dengan cara apa uang itu didapat. Dan aku yakin hanya seorang penipu sejati bisa sangat menyadari akan penipuannya.

(Sumber : Kumpulan Cerpen Nyanyian Malam, Karya Ahmad Tohari)

B. Membuat Kerangka Cerita Berdasarkan Cerpen yang Dibaca
Setelah mengidentifikasi unsur cerita yang meliputi tokoh, alur, latar, dan tema cerita berarti kamu telah memahami cerita yang akan kamu tuliskan kembali.
Selanjutnya, berdasarkan pemahamanmu terhadap cerpen “Penipu yang Keempat” tersebut, secara individual buatlah kerangka ceritanya. Kerangka cerita memuat urutan pokok-pokok peristiwa yang menunjukkan urutan penyajian peristiwa dalam cerita yang akan kamu tulis. Karena cerpen “Penipu yang Keempat” menjadi dasar penulisan ceritamu, penyusunan kerangka juga harus mengacu pada cerpen itu.

C. Mengembangkan Kerangka Menjadi Cerita yang Utuh
Berikut ini kamu akan berlatih untuk menuliskan kembali cerpen yang kamu baca. Bersama kelompokmu, kamu sudah mengidentifikasi tokoh, alur, latar, dan tema cerita. Kamu juga sudah membuat kerangka cerita. Saatnya kini kamu mengembangkan cerita.
Berdasarkan kerangka cerita yang telah kamu buat, buatlah cerita sesuai dengan versimu sendiri! Kamu harus mengembangkan setiap peristiwa dalam kerangka cerita. Ingatlah, kamu harus menuliskan kembali cerpen itu dengan bahasamu sendiri, dengan gayamu sendiri, tetapi tetap pada rambu-rambu cerpen yang asli! Jika perlu, di samping menggunakan narasi, gunakan juga dialog agar cerita menjadi lebih menarik!

D. Menilai dan Menyunting Hasil Penulisan Kembali Cerpen
Untuk mengetahui hasil pekerjaanmu, lakukan kegiatan berikut!
1. Tukarkanlah cerita yang kamu buat dengan cerita milik temanmu!
2. Berikan komentar dengan menunjukkan kelebihan dan kekurangan karya temanmu itu!
3. Nilailah berdasarkan rambu-rambu penilaian berikut!


NO ASPEK PENILAIAN SKOR MAKSIMAL SKOR YANG DIBERIKAN
1 Pengembangan cerita (tokoh, alur, latar) sesuai dengan cerita yang ditulis kembali. 20
2 Pengembangan cerita sesuai dengan kerangka cerita yang sudah dibuat. 20
3 Pengembangan alur cerita menarik dan runtut. 20
4 Penggunaan bahasa sesuai dengan suasana cerita. 20
5 Penggunaan dialog sesuai dengan keperluan cerita. 20
JUMLAH

4. Setelah dinilai, kembalikan hasil tulisan temanmu!
5. Berdasarkan hasil komentar dan penilaian temanmu, suntinglah cerpen hasil penulisan kembali itu! Perhatikan, mungkin ada bagian-bagian alur yang hilang, ada tokoh-tokoh yang kurang sesuai dengan tokoh dalam cerpen yang asli, atau mungkin bahasanya perlu kamu perbaiki!
6. Jika sudah selesai, tempelkan hasil pekerjaanmu di kelas! Biarkan teman-temanmu membacanya. Kamu juga harus melihat hasil kerja temanmu.

Tidak ada komentar: