TENTANG AKU

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Pernah menjadi guru berprestasi tingkat nasional tahun 2003, sekarang masih mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Untuk menambah tantangan dan membuka wawasan, saya juga menjadi guru di Unswagati Cirebon, Akbid Muhammadiyah Cirebon, serta Aktif mengurusi MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat.

Sabtu, 07 Mei 2011

Pendidikan, Pengetahuan, dan Informasi

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN INFORMASI DALAM PROSES PENGAJARAN


Diajukan sebagai tugas Mata Kuliah Filsapat Pendidikan dari Dosen Prof. Dr. Hj. Mintarsih.



Disususn oleh

Rudianto


















PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON 2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-Hadirat Alloh SWT yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita semua. Karena nikmat sehat dari-Nya, makalah ini dapat kami susun.
Dalam makalah ini kami memaparkan prndidikan, pengetahuan, dan informasi, serta hubungan ketiganya dalam rangka pengajaran. Kami berharap makalah ini dapat memberikan gambaran tentang pengajaran yang lebih luas.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terma kasih kepada Prof. Dr. Hj. Mintarsih H., M.Pd. selaku dosen Filsapat Pendidikan dan seluruh pihak yang sudah membantu.
Makalah ini tentu jauh sempurna. Kami mohon maaf dan kritik perbaikannya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semuanya.


Cirebon, 15 April 2010


Penyusun




















DAFTAR ISI
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. MANFAAT 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. PENDIDIKAN 2
B. PENGETAHUAN 2
C. INFORMASI 4
D. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN INFORMASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN 5
BAB III 6
PENUTUP 6
A. KESIMPULAN 6
B. SARAN 6
DAFTAR PUSTAKA 7















BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengajaran berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga Tahun 2001 berarti proses, cara, atau perbuatan mengajar atau mengajarkan. Ini berarti dalam berproses tentu saja membutuhkan alat dan bahan yang harus diproses. Alat dan bahan yang diproses dalam pengajaran sangat beragam.
Alat dan bahan itu diantaranya informasi dan pengetahuan yang dikelola menggunakan cara-cara pendidikan sehingga menghasilkan sebuah suasana. Suasana itulah yang disebut belajar. Cara pendidikan itu kita sebut juga sebagai tata cara mendidik atau pedagogik.
Dalam proses mengajar unsur informasi, pengetahuan, dan pendidikan harus ditempatkan sesuai dengan porsinya masing-masing. Apabila ketiga hal ini tidak dikelola dengan baik, proses mengajar tentu tidak akan maksimal. Oleh sebab itu, perlu dipahami ketiga unsur ini dan hubungannya.
Sesuai hal di atas kami membuat makalah ini dengan judul Hubungan antara Pendidikan, Pengetahuan, dan Informasi dalam Pengajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang ingin dikaji dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud pendidikan?
2. Apa yang dimaksud pengetahuan?
3. Apa yang dimaksud informasi?
4. Bagaimana hubungan pendidikan, pengetahuan, dan informasi dalam proses pengajaran?

C. MANFAAT
Manfaat dari pengkajian ini adalah
1. Memahami maksud pendidikan.
2. Memahami maksud pengetahuan.
3. Memahami maksud informasi.
4. Memahami hubungan pendidikan, pengetahuan, dan informasi dalam proses pengajaran.





BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Materi Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia tidak disajikan nilai hidup, sehingga bangsa Indonesia menjadi kacau balau seperti sekarang ini.

Filosofi pendidikan
1. Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
2. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
3. Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
4. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

B. PENGETAHUAN
Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang menamainya ilmu pengetahuan, dan pula ada yang menyebutnya sains. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa Inggris. Pengertian yang terkandung dibalik kata-kata yang berbeda tersebut ternyata juga tidak kalah serba ragamnya. Keserbaragamannya bahkan kadang-kadang seolah-olah mengingkari citra ilmu pengetahuan itu sendiri yang pada dasarnya bertujuan untuk merumuskan sesuatu dengan tepat, tunggal dan tidak bias.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 2001, ilmu artinya adalah pengetahuan atau kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka tampak dengan jelas bahwa cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu hitam, dan sebagainya.
Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia, bahkan sebelum ada kata ilmu sudah dikenal kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya kepandaian, kecakapan, pengetahuan, ajaran, kawruh, pangrawuh, kawikihan, jnana, widya, parujnana, dan lain-lain. Sejak lebih dari seribu tahun yang lampau nenek moyang bangsa kita telah menghasilkan banyak macam ilmu, contohnya kalpasastra (ilmu farmasi), supakasastra (ilmu tataboga), jyotisa (ilmu perbintangan), wedastra (ilmu olah senjata), yudanegara atau niti (ilmu politik), wagmika (ilmu pidato), sandisutra (sexiology), dharmawidi (ilmu keadilan), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada yang mencoba membedakan antara pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science). Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” (why dan how)., misalnya mengapa batu banyak macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan, dan bersifat universal. Tidak selamanya fenomena yang ada di alam ini dapat dijawab dengan ilmu, atau setidaknya banyak pada awalnya ilmu tidak dapat menjawabnya. Hal tersebut disebabkan ilmu yang dimaksud dalam terminologi di sini mensyaratkan adanya fakta-fakta.
Berbicara tentang pengetahuan manusia, Wayne K. Hoyt dan Cecil G. Miskel (2001) mengemukakan tentang dua jenis pengetahuan, yaitu :
1. general knowledge; pengetahuan yang diterapkan dalam berbagai situasi.
2. specific knowledge; yaitu pengetahuan yang berkenaan dengan tugas atau persoalan tertentu.
Sementara itu, Paris dan Cuningham (1996) mengkategorikan pengetahuan ke dalam tiga bagian yaitu :
1. declarative knowledge; pengetahuan untuk menerangkan sesuatu (knowing what).
2. procedural knowledge; pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (knowing how).
3. conditional knowledge; pengetahuan tentang kapan dan mengapa (knowing when dan why), yang merupakan penerapan dari declarative knowledge dan conditional knowledge








Contoh dari kedua pendapat tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Umum Spesifik
Deklaratif Mengetahui jam pulang kantor Mengetahui definisi metode pembelajaran
Prosedural Mengetahui bagaimana cara mengemudikan mobil Mengetahui bagaimana menerapkan metode diskusi dalam PBM
Kondisional Mengetahui kapan waktu untuk bertamu ke rumah seseorang Mengetahui kapan harus menerapkan metode diskusi dalam PBM
C. INFORMASI
Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Penulis lain, Burch dan Strater, menyatakan: informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Sedangkan George R. Terry, Ph. D. menyatakan bahwa informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan
George R. Terry, Ph. D. menjelaskan, berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu:
1. Tujuan si penerima
Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data
Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.
3. Waktu
Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.
4. Ruang dan tempat
Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai.
5. Bentuk
Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.
6. Semantik
Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.
Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat pula.
Tidak semua data merupakan informasi. Ada kantor-kantor yang menyimpan data-data atau catatan yang sebenarnya tidak ada gunanya. Sebaliknya informasi yang diperlukan dilengkapi dengan data.
D. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN

Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan? Untuk jawabannya bisa dijelaskan dari berbagai teori belajar. Kalangan behaviorist beranggapan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh melalui upaya-upaya pengkondisian (conditioning) dengan menciptakan stimulus-stimulus tertentu yang bersumber dari lingkungan sehingga pada gilirannya dapat diperoleh respon-respon tertentu. Kekuatan utamanya terletak pada pemberian reinforcement atas respon-respon yang dihasilkan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan cara trial and error, latihan secara berulang-ulang, atau meniru dari orang lain.
Sementara kalangan Cognitivist beranggapan bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat dria, hasil persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya.informasi tersebut digunakan (retrieval) pada saat diperlukan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan informasi secara tertib.
Kalangan konstruktivist ala Piaget berpandangan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara mengasosiasikan dan mengakomodasikan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang diterimanya sehingga membentuk pengetahuan baru, melalui usaha aktif inidividu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tentunya, masih banyak pandangan-pandangan lainnya tentang bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan
Terlepas dari berbagai pandangan yang ada, bahwa sumber pengetahuan di dunia ini betapa kaya dan luasnya, sehingga manusia tidak mungkin dapat menjangkau seluruhnya dan pengetahuan yang kita miliki hanya baru sebagian kecil saja dari sumber pengetahuan yang tersedia. Kewajiban kita adalah berusaha mendapatkan pengetahuan itu sesuai dengan kapasitas yang dimiliki masing-masing, melalui usaha yang tiada henti sepanjang hayat. Semakin banyak dan mendalam pengetahuannya, seseorang akan semakin tersadarkan pula bahwa sesungguhnya betapa kecilnya pengetahuan yang telah didapatkanya.
Upaya mendapatkan pengetahuan itu disebut juga belajar/pengajaran. Belajar dalam rangka mendapatkan pengetahuan tidak bisa dilaksanakan tanpa prosedur. Prosedur untuk belajar itu disebut pendidikan. Dalam rangka belajar, pendidikan berfungsi sebagai cara yang mengatur tersampaikannya pengetahuan berupa informasi yang dikemas dengan cara-cara pendidikan.
Jadi, pendidikan, pengetahuan, dan informasi merupakan cara, bahan, dan alat dalam rangka terjadinya pengajaran. Artinya ketiga hal ini merupaka sebuah system yang berkesatuan dalam rangka terjadinya pengajaran.





































BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Upaya mendapatkan pengetahuan itu disebut juga belajar/pengajaran. Belajar dalam rangka mendapatkan pengetahuan tidak bisa dilaksanakan tanpa prosedur. Prosedur untuk belajar itu disebut pendidikan. Dalam rangka belajar, pendidikan berfungsi sebagai cara yang mengatur tersampaikannya pengetahuan berupa informasi yang dikemas dengan cara-cara pendidikan.
Jadi, pendidikan, pengetahuan, dan informasi merupakan cara, bahan, dan alat dalam rangka terjadinya pengajaran. Artinya ketiga hal ini merupaka sebuah system yang berkesatuan dalam rangka terjadinya pengajaran.

B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas kami memberikan saran ;
1. Informasi harus dipilih dan dipilah agar menjadi pengetahuan yang dapat dijadikan bahan belajar.
2. Cara menyampaikan bahan belajar kepada peserta didik harus dengan cara-cara pendidikan agar tujuan pengajaran tercapai.
























DAFTAR PUSTAKA

Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi (Book Report. Fullan, Michael G. dan Stiegelbauer, Suzanne (1991), 2nd, The New Meaning of Education Change, Teacher College Press, N.Y.). Bandung : Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesi
http://ahmadsudrajat.wordpres.com/filsapat/
http://edu-articles.com/guru-dan-filsafat-pendidikan/
http://id.wikibooks.org
http://parapemikir.com/pengetahuan
http://willis.comze.com
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta: Bandung.
Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Kanisius: Yogyakarta
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Balai Pustaka: Jakarta.
Tim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. PT Bayu Indra Grafika: Yogyakarta.

Tidak ada komentar: